Ada yang ingin aku bisikkan padamu yang setiap hari menyisakan waktu untukku. Aku ingin kau mendengar betapa aku berterimakasih padamu-sejak saat itu-kau membantuku menerjemahkan dunia yang tak bisa aku lihat. Kau melukis peta jalanan yang harus aku lewati dari gerbang kampus ke fakultas dengan bahasamu yang akan selalu aku ingat. Kau juga yang menjadi mataku saat aku memilih baju baru, sepatu bahkan jam dinding untuk kamarku.
Yang ingin aku bisikkan juga bukan hanya terimakasih namun juga maaf. Maaf sekali sudah merepotkanmu. Walaupun kau sering mengatakan bahwa hadirku memberi warna pada hidupmu, aku tak yakin warnaku terang, aku biasa berpikir warnaku hanya menambah keruh harimu. Aku selalu berpikiran seperti ini. Maaf, aku yakin kamu tak akan menyukai kalimatku tadi. Aku masih belajar menerima keadaanku. Seperti yang kau katakan padaku, aku hanya tidak bisa melihat dunia tapi aku masih bisa mendengar, masih bisa merasa dan ada kamu yang akan selalu ada.
Taukah kamu, bukan dunia yang ingin aku lihat sekarang, bukan lagi pohon, laut, burung, mall atau apapun yang selalu kau jabarkan detailnya padaku. Aku ingin melihatmu.
Karena hanya kamu yang menemaniku setiap hari tanpa mengiba. Karena hanya kamu yang menerimaku apa adanya.
No comments:
Post a Comment