Beberapa hari terakhir aku sangat terganggu dengan sibuknya isi kepalaku.
Lima tahun sudah berlalu. Lima tahun yang lalu aku begitu bahagia karena salah satu mimpiku akan terwujud dalam satu langkah lagi. Mimpi yang aku rangkai dalam dua tahun terakhir saat itu. Terus terang, aku tidak begitu yakin dengan apa yang akan aku hadapi di depan tapi aku merasa persiapanku sudah cukup.
Hampir lima tahun yang lalu aku pertama kali menghirup udara di tempat yang sangat jauh dari rumah, menganyam satu demi satu memori dan mencoba menjadi bagian dari tempat aku sementara aku singgahi, demi masa depan - begitu yang banyak aku dengar.
Hampir lima tahun yang lalu saat pertama kali aku berkenalan dengan berbagai makanan yang dua kali porsi makanku biasanya, yang kemudian aku akrabi di tahun berikutnya.
Dalam lima tahun itu, aku merasakan banyak hal termasuk di dalamnya kegagalan, keterpurukan, kebencian, keegoisan dan putus asa. Biarlah hanya yang buruk-buruh aku sebutkan karena semua yang memandang jalanku, semua yang melihat geraku dari kejauhan tahu bahwa aku bahagia, berkecukupan, sukses dan membanggakan.
Setelah lima tahun, aku duduk di sini, membayangkan aku yang mencoba konsentrasi dengan buku bacaan di kursi hijau taman kota namun tak pernah berhasil. Fokusku teralih pada beragam orang menarik yang aku lihat, pada penjaga toko kecil yang sibuk dengan korannya, pada bocah kecil yang menangis ingin menyewa kapal layar seperti teman-temannya. Sekelilingku begitu menarik hingga buku di tanganku akhirnya tak selesai kubaca barang satu paragraf.
Hari ini, aku sadar bahwa setelah lima tahun aku masih melakukan hal yang sama, melupakan diriku dengan hanya tenggelam pada beragam orang yang bisa aku lihat. Seolah tak ada yang menarik dari apa yang akan aku hadapi di depan. Seolah aku tak belajar dari banyak kegagalan.
No comments:
Post a Comment