Aku bodoh. Harusnya aku tak setakut itu. Itu hanya jalanan, tempat biasa kendaraan berlalu lalang. Banyak yang menambah kecepatan memang, semuanya sesuai kebutuhan. Harusnya aku tak sepayah itu. Harusnya aku tahu apa yang seharusnya aku lakukan. Tanpa kau bentak. Tanpa sedetik yang membuat kepala dan hatiku seolah hilang. Aku takut kehilanganmu. Cukup. Itu saja alasanku untuk menangis sepanjang perjalanan tadi. Coba bayangkan, karena kebodohanku, hampir saja aku kehilangan kamu atau kamu kehilangan aku atau semua orang kehilangan kita berdua atau bisa pula kita kehilangan apa yang kita punya, penglihatan, pembantu jalan, pembantu gerak atau apapun. Aku masih takut sampai sekarang. Takut akan roda besar yang tadi disamping kita. Takut akan ujung besi mobil raksasa yang tadi hanya sejengkal di depanmu. Takut akan bentakan dan semua bicaramu yang sampai sekarang masih berputar-putar di kepalaku. Aku penakut memang. Aku cengeng. Aku payah. Tapi aku ingin berubah. Aku ingin jadi kuat untukmu sehingga aku akan selalu tahu apa yang harus aku lakukan, tak akan pernah lagi aku membahayakanmu dengan kebodohanku. Aku minta maaf, aku hanya takut kehilanganmu.
No comments:
Post a Comment