11.12.2012

don't come back at all


Aku kurang tahu bagaimana memulai tulisan ini. Aku ingin menuliskannya seperti aliran air dengan segala hambatan dalam perjalanannya menuju muara tapi aku buntu. Pandanganku kabur tanpa kacamataku yang tak lain adalah matamu. Seperti biasanya, aku terlalu rapuh untuk berdiri.
Aku mencoba untuk menghidupkan kembali nyala hidupku setelah kamu menghancurkan semuanya. Aku dihantui ciuman pertama kita. Harusnya ada yang terakhir agar setidaknya aku memiliki kedua ujung cerita kita. Kamu tidak begitu peduli padaku lagi. Sibuk? Bosan? No reason? Aku menerima semuanya, aku mencoba mengerti. Saat itu air mata riuh berdesakan ingin menamparmu, menghujatmu dan memelukmu. Tapi aku hentikan mereka di bidang luas sebelum kelopak mata. Aku tak mau mereka melihat matamu yang tak memberikan sedikitpun harapan. Biarkan mereka membeku bersama ketidakterimaanku atas keputusanmu, meninggalkanku.
Sedikit demi sedikit aku semai pupuk untuk mematikan rasa. hari demi hari aku habiskan dengan menenggak obat penghilang ingatan manis. aku hanya ingin mengingat kepahitan selama perjalanan kita. Aku benar-benar belajar bagaimana membencimu, the love I love most.
Hari-hari pun pada akhirnya menyerah dan memberikan kesempatan pada suatu hari, mungkin agar aku tidak mati dalam kesedihan, dalam larutan pengharapan yang mengubur diriku hidup-hidup. Kamu datang kembali padaku. Katamu kamu telah mencariku kemana-mana untuk meminta maaf. Kamu menyadari bahwa, katamu, aku yang terbaik, aku yang harusnya mengisi hatimu. Kamu dibenarkan oleh setiap orang disekitarku. Mungkin luka di lututmu juga membantumu membuatmu yakin bahwa kamu berkali-kali terjatuh saat mencariku.
“I learned to live, half alive. I’m too strong to ever fall back in your arms” kata lagu yang berputar berulang-ulang di kepalaku yang sedang tak baik kondisinya.
Aku ingin mengeluarkan air mataku yang sudah keras dan benar-benar beku dan melemparkan semuanya padamu. Aku ingin meneriakkan semua cacian-bahkan yang paling jahat sekalipun padamu agar kamu tahu aku pernah sesakit itu. Aku meraih tanganmu, peluk aku.





3 comments:

  1. huwaaahhhh triaassss~
    moco iki nyesek.
    :'(
    kyok keadaanku. T.T

    ReplyDelete
  2. looo ndak boleh nanges, arek paski kok nanges :pp sini aku peluk :D

    ReplyDelete
  3. hatiku kan selembut kapas yas.
    jadinya ya gini, nangisan.
    hhahaa

    aahh, peyuk peyuk triaasss.
    ehhehee.

    eh, intip blogku jga yas~

    ReplyDelete