11.17.2012

Rupa bahagia

Kamu menggoreskan tintamu yang tersendat harap. Lalu kamu usap coretan berlebih dengan tisu bekas yang tak sengaja kau temukan. Mulai lagi kamu menarikan pena di atas kanvas angan. Tercoret lagi oleh angin yang mampir tanpa sepengetahuanmu. Kali ini kamu biarkan. Tidak kamu bersihkan. Menurutmu kesalahan yang tidak kamu perbuat kadangkala memperindah gambar. Kamu menceritakan padaku semua yang kamu gambar. Kamu membiarkanku mengambil kesimpulan sendiri dari mozaik-mozaik kisah yang kau paparkan dengan tidak terang. Kamu bilang untuk melatih kepekaan. Untuk melatih kekritisanku yang selama ini tumpul. Aku hanya bisa mengiyakan.
Kamu mengakhiri ceritamu dengan tatapan terang yang begitu ambigu untuk diterjemahkan. Kamu membuatku ragu untuk segera menarik satu kalimat sebagai ikhtisar. Kamu tersenyum kecil tanda menertawaiku. Kamu membenarkan ketumpulan otakku. Kamu membelakangiku seolah kamu menyesal menceritakan semua –padaku yang tidak tahu apa-apa. Kamu bahkan tidak mendengarkan teriakan hatiku bahwa aku memang tidak mengerti namun aku ingin mendengar ceritamu. Mungkin aku harus mendengarkannya berulang kali agar aku mengerti. Kamu bahkan tidak akan peduli pada sesenggukanku yang tidak aku sengaja.
“Kamu akan mengerti semua jika kamu berusaha mencapai tujuanmu sendiri, menemukan rupa bahagia” kamu menutup hari ini –hanya kamu, aku dan Tuhan yang tahu.

No comments:

Post a Comment