Kau pernah membawaku ke arah yang tidak ada di mata angin
Kau mengatakan
bahwa kita akan menamai arah baru itu
Lalu aku jatuh
saat kau begitu cepat berlari
Aku tak bisa
mengejarmu dan aku tak lagi bisa menatapmu
Bahkan saat kau
kembali menjemputku
Kau tawarkan
untuk menggendongku, aku tak mau
Kau mau
memapahku, aku tetap tak mau
Kau mau
menggandengku, aku melepas pegangan tanganmu
Aku menolakmu
Aku tak mampu
Kau merangkulku
tanpa mengatakan apa-apa
Kau duduk
menjajarkan kakimu dengan kakiku
“Aku ada dimana
kau ingin ada” bisikmu di tengah hujan pelukmu
“Harusnya kita sudah sampai sana dan menamainya” tambahmu
“Harusnya tak usah kau tambahkan “harusnya” di kalimatmu
Aku lari dalam
deru, dalam air mata yang menggebu
No comments:
Post a Comment