10.16.2014

Harusnya

Kau pernah membawaku ke arah yang tidak ada di mata angin
Kau mengatakan bahwa kita akan menamai arah baru itu
Lalu aku jatuh saat kau begitu cepat berlari
Aku tak bisa mengejarmu dan aku tak lagi bisa menatapmu
Bahkan saat kau kembali menjemputku
Kau tawarkan untuk menggendongku, aku tak mau
Kau mau memapahku, aku tetap tak mau
Kau mau menggandengku, aku melepas pegangan tanganmu
Aku menolakmu
Aku tak mampu
Kau merangkulku tanpa mengatakan apa-apa
Kau duduk menjajarkan kakimu dengan kakiku
“Aku ada dimana kau ingin ada” bisikmu di tengah hujan pelukmu
“Harusnya kita sudah sampai sana dan menamainya” tambahmu

“Harusnya tak usah kau tambahkan “harusnya” di kalimatmu
Aku lari dalam deru, dalam air mata yang menggebu

No comments:

Post a Comment