Kau membuatku tak mampu
berkata-kata
Kau menelusuri semua tanpa bercerita
Kau mendapati mungkin apa yang awalnya kau duga
“Ada apa?”
Hampir tengah hari, aku pulang setelah sekian lama. Aku pulang karena
rindu. Aku pulang karena ragu. Aku pulang sambil berharap kau menjemputku.
Hal yang paling menyenangkan saat di perjalanan adalah jatuh tertidur namun
terasa nyaman. Entah bagaimana mendeskripsikan tepatnya, pulas di
kendaraan umum tapi terjaga. Memang tak sesempurna saat bersamamu. Sementara
hal yang paling tidak menyenangkan adalah saat tiba-tiba terbangun dan
terdengar suara ramai penumpang. Rasanya
seperti bangun di tempat yang bukan tempat pertama kali tertidur tadi. Entah
bagaimana detailnya. Tapi lebih tidak menyenangkan jika mengingat acuhmu.
Aku ingat aku belum
menghubungimu. Sekilas aku tersenyum membayangkan namamu ada dilayar ponselku
saat aku menyalakannya. Lalu senyumku redup. Aku sedikit menahan senyum kecut
mendapati harap yang tak nyata. “Aku sudah di jalan. Sampai ketemu nanti.”
Sapaku singkat, sebisa mungkin tidak menunjukkan bahwa aku sedang sangat
merindukanmu. Tak terhitung berapa kali aku menyalakan, mematikan dan kembali
menyalakan ponsel lagi menunggu balasanmu. Nihil.
Lalu aku tertidur.
Aku terbangun.
Membaca pesanmu membuatku merasa aku masih memejamkan mata. Jika saat itu
supir bus antar kota yang aku naiki ini tidak menahan remnya dengan tiba-tiba,
aku mungkin tak akan benar-benar sadar bahwa ini memang nyata. Singkat sekali.
Sesingkat aku jatuh padamu. Sesingkat emosi menguasaiku. Sesingkat aku
membuyarkan cintamu. Sesingkat pesanmu itu : “Hati-hati”.
No comments:
Post a Comment