10.15.2014

Sesingkat

Kau membuatku tak mampu berkata-kata
Kau menelusuri semua tanpa bercerita
Kau mendapati mungkin apa yang awalnya kau duga
Ada apa?

Hampir tengah hari, aku pulang setelah sekian lama. Aku pulang karena rindu. Aku pulang karena ragu. Aku pulang sambil berharap kau menjemputku.
Hal yang paling menyenangkan saat di perjalanan adalah jatuh tertidur namun terasa nyaman. Entah bagaimana mendeskripsikan tepatnya, pulas di kendaraan umum tapi terjaga. Memang tak sesempurna saat bersamamu. Sementara hal yang paling tidak menyenangkan adalah saat tiba-tiba terbangun dan terdengar suara ramai penumpang. Rasanya seperti bangun di tempat yang bukan tempat pertama kali tertidur tadi. Entah bagaimana detailnya. Tapi lebih tidak menyenangkan jika mengingat acuhmu.
Aku ingat aku belum menghubungimu. Sekilas aku tersenyum membayangkan namamu ada dilayar ponselku saat aku menyalakannya. Lalu senyumku redup. Aku sedikit menahan senyum kecut mendapati harap yang tak nyata. “Aku sudah di jalan. Sampai ketemu nanti.” Sapaku singkat, sebisa mungkin tidak menunjukkan bahwa aku sedang sangat merindukanmu. Tak terhitung berapa kali aku menyalakan, mematikan dan kembali menyalakan ponsel lagi menunggu balasanmu. Nihil.
Lalu aku tertidur.
Aku terbangun.
Membaca pesanmu membuatku merasa aku masih memejamkan mata. Jika saat itu supir bus antar kota yang aku naiki ini tidak menahan remnya dengan tiba-tiba, aku mungkin tak akan benar-benar sadar bahwa ini memang nyata. Singkat sekali. Sesingkat aku jatuh padamu. Sesingkat emosi menguasaiku. Sesingkat aku membuyarkan cintamu. Sesingkat pesanmu itu : “Hati-hati”.


No comments:

Post a Comment