10.10.2014

SKENARIO

Tak bisa sendiri. Tak bisa bersama. Lalu apa yang akan dilakukan?

Dia diam, kepalanya tertunduk. Lelaki disebelahnya menceritakan banyak hal yang susah ia cerna. Dia memainkan tangannya. Masih diam dan tertunduk. “Lihat aku! Aku berbicara padamu.” Dia sedikit kaget dengan ucapan dengan nada yang agak tinggi itu. Dia menoleh sedetik lalu menunduk lagi. “Aku seperti sedang berbicara dengan orang yang salah. Padahal kau tak salah. Aku hanya ingin kau menimpali ceritaku. Kau menanggapi keluhanku. Kenapa kau selalu seperti ini saat aku membutuhkanmu?” cecar lelaki di sebelahnya. Dia tak bergeming, hanya tangannya yang memainkan air es yang mengalir dari gelasnya. Gelas soda yang tak ia sentuh sebelumnya.

Sebenarnya mereka berdua sedang di tempat yang amat ramai. Tapi baginya sepi sekali, seperti sedang di tengah-tegah hutan. Dengan suara daun terterpa angin dan serangga yang saling bersahutan. Suara lelaki di sebelahnya perlahan tenggelam oleh suara angin yang semakin bertiup. Dia memejamkan mata. Dia larut dalam suasana sepi yang ia ciptakan sendiri. Tarikan nafas panjangnya kemudian membantunya untuk sedikit demi sedikit tenang. Dia menarik nafas lagi kemudian melihat dan tersenyum pada lelaki di sebelahnya, lelakinya, yang sejak tadi menceritakan betapa hubungan mereka semakin sulit. Dia melihat jam dan berdiri. Menyudahi pertemuan mereka malam itu.


No comments:

Post a Comment