Tak bisa
sendiri. Tak bisa bersama. Lalu apa yang akan dilakukan?
Dia diam,
kepalanya tertunduk. Lelaki disebelahnya menceritakan banyak hal yang susah ia
cerna. Dia memainkan tangannya. Masih diam dan tertunduk. “Lihat aku! Aku
berbicara padamu.” Dia sedikit kaget dengan ucapan dengan nada yang agak tinggi
itu. Dia menoleh sedetik lalu menunduk lagi. “Aku seperti sedang berbicara
dengan orang yang salah. Padahal kau tak salah. Aku hanya ingin kau menimpali
ceritaku. Kau menanggapi keluhanku. Kenapa kau selalu seperti ini saat aku
membutuhkanmu?” cecar lelaki di sebelahnya. Dia tak bergeming, hanya tangannya
yang memainkan air es yang mengalir dari gelasnya. Gelas soda yang tak ia
sentuh sebelumnya.
Sebenarnya mereka
berdua sedang di tempat yang amat ramai. Tapi baginya sepi sekali, seperti
sedang di tengah-tegah hutan. Dengan suara daun terterpa angin dan serangga
yang saling bersahutan. Suara lelaki di sebelahnya perlahan tenggelam oleh
suara angin yang semakin bertiup. Dia memejamkan mata. Dia larut dalam suasana
sepi yang ia ciptakan sendiri. Tarikan nafas panjangnya kemudian membantunya
untuk sedikit demi sedikit tenang. Dia menarik nafas lagi kemudian melihat dan
tersenyum pada lelaki di sebelahnya, lelakinya, yang sejak tadi menceritakan betapa
hubungan mereka semakin sulit. Dia melihat jam dan berdiri. Menyudahi pertemuan
mereka malam itu.
No comments:
Post a Comment