"Apa kabar?"
Setelah menghitung, ternyata aku sudah lebih dari 3 jam menulis, menghapus, menulis lagi, menyingkirkan, lalu meraih lagi handphoneku. Akhirnya dua kata itu yang aku pilih untuk kau baca. Tak berharap balasan. Aku hanya tak mau dibilang pergi tanpa berpamitan.
Dan memang tak ada balasan. Aku memeluk sakit yang kupaksakan. Aku menikam diri yang dari awal sudah rawan.
Biar bahagiamu utuh. Biar aku melawan rapuh.
Karena aku yang memutuskan untuk berhenti. Menjauh. Memenangkan logika atas hati yang begitu ingin mendekapmu. Tapi ini tak begitu sakit, karena doa untukmu juga penyembuh yang sedikit demi sedikit menghadirkan kembali senyumnku. Aku akan sembuh karena aku tahu, satu-satunya jalan adalah melepaskan, memaafkan apa yang menurutku salah, dan meminta maaf atas semua yang dalam anganku, tak akan pernah dapat diulang.
Setelah menghitung, ternyata aku sudah lebih dari 3 jam menulis, menghapus, menulis lagi, menyingkirkan, lalu meraih lagi handphoneku. Akhirnya dua kata itu yang aku pilih untuk kau baca. Tak berharap balasan. Aku hanya tak mau dibilang pergi tanpa berpamitan.
Dan memang tak ada balasan. Aku memeluk sakit yang kupaksakan. Aku menikam diri yang dari awal sudah rawan.
Biar bahagiamu utuh. Biar aku melawan rapuh.
Karena aku yang memutuskan untuk berhenti. Menjauh. Memenangkan logika atas hati yang begitu ingin mendekapmu. Tapi ini tak begitu sakit, karena doa untukmu juga penyembuh yang sedikit demi sedikit menghadirkan kembali senyumnku. Aku akan sembuh karena aku tahu, satu-satunya jalan adalah melepaskan, memaafkan apa yang menurutku salah, dan meminta maaf atas semua yang dalam anganku, tak akan pernah dapat diulang.
No comments:
Post a Comment